The First Meeting

Setting : Pagi hari di kota Tokyo, lebih tepatnya di daerah Shibuya. Sekitar patung Hachiko.
===========================================================================

Iroha tengah menikmati waktu luangnya karena hari itu dia diliburkan. Sehingga dia bisa bebas dari mengecek pekerjaan para mangaka yang ia urusi. "Fuah... Ini memang salah hatu hari keberuntunganku." ucapnya.

Dia juga mengotak-ngatik laptopnya, berbincang-bincang di situs jejaring sosial.

Di lain pihak, Yuka tengah berkunjung ke Shibuya untuk berjalan-jalan karena sedang bosan. Selain itu dia tetap melaksanakan tujuan utamanya, mencari orang-orang yang memiliki kemampuan sepertinya dan mengetahui bencana yang akan datang.

"Aku istirahat dulu saja, mungkin di depan patung Hachiko."

Dia melihat seorang wanita berumur 25 tahun tengah bermain laptop.

Iroha melirik kedatangan cewek itu. "Wah, pakaian yang unik! Apa dia sedang bercosplay? Sebaiknya aku menyapanya..."

"Halo!" sapa Iroha ramah ke arah cewek itu.

Yuka menoleh ke arah sapaan wanita itu. "Oh... Halo, apakah Nee-san sedang libur?" tanya Yuka menebak-nebak mengenai wanita itu, kelihatannya dia memiliki karir.

Iroha sedikit tersentak mendengarnya. "Apa dia juga punya kemampuan Telepati? Biar aku coba baca pikirannya..."

"Hm. Sepertinya wanita ini memiliki karir, dan dia sepertinya menyimpan kekuatan yang besar. Apa dia tahu bencana itu?" Pikiran gadis itu tersalur ke dalam otak Iroha.

"Oh, benar sekali. Aku seorang editor manga di perusahaan Midansha, Kaizaki Iroha. Bagaimana denganmu?" tanya Iroha.

"Oh... Kalau boleh berterus terang, aku sangat menyenangi manga-manga yang dikeluarkan oleh Midansha, Nee-san." kata Yuka tersenyum ramah.

Yuka sedikit heran dengan Iroha yang keliatannya menatapnya terus-menerus, seperti ingin membaca pikirannya.

Kazuki tengah berjalan santai, menikmati milkshakenya. Dia melihat seorang gadis dan seorang wanita tengah berbincang-bincang di taman depan patung Hachiko.

DOR! Kazuki terkejut mendengar suara tembakan. "Apa yang terjadi? Apa ada penculikan? Pencopetan? Aku harus segera melihatnya...

=====================================================
Mari kita beraction ria (gomen)

Yooo!!!
=======================================================

"Apa itu?!" ujar Iroha ikut tersentak mendengar suara tembakan. "Nishihara, sebaiknya kita melihat apa yang terjadi..."

Dia melihat seorang wanita terkapar dan bagian dahi dan perutnya telah tertembak. Seorang laki-laki meraih tangan wanita itu dan memeriksa nadinya. Iroha pun dengan cepat membaca pikiran wanita itu.

"Aku tertembak... Aku akan mati... Tolong. Tolong... Kriminal itu telah mencuri jimatku berupa kristal yang diturunkan dari kakekku. Kristal itu mengandung kekuatan... Tolong... Tol..."

Iroha mengetahui objektif yang sebenarnya. "Jadi wanita itu dicopet, singkatnya."

Yipeee!!
=======================================================

"Iroha-nee-san tahu darimana? Apa Iroha-nee-san... bisa telepati ya?" tanya Yuka menatap tajam mata Iroha.

"Aku rasa kriminalnya belum jauh, tapi kalau disini ada ahli forensik, harusnya mudah melacak kriminalnya... Lewat sidik jari yang telah mengambil paksa tasnya, iya kan?"

Laki-laki itu tersentak kecil mendengar pernyataan Yuka.

Kazuki tentu saja menyadari bahwa ternyata kedua orang itu sangat hebat. Dia pun berpikir untuk mengambil mereka sementara untuk membantunya. "Hei, maaf tapi saya ini seorang ahli forensik. Sesuai dengan yang anda katakan, kita bisa melacaknya..."

"Tapi saya butuh kalian berdua, karena kalian pasti bisa menolong. Ngomong-ngomong, kalau dicopet, tidak perlu sampai membunuh kan?"

"Pantas kamu langsung mengecek urat nadinya... Untunglah dia masih sempat berpikir saat aku membaca pikirannya... Oke, aku rasa aku bisa bergabung denganmu. Bagaimana denganmu, Nishihara?"

"Karena yang dicopet itu benda penting, sebenarnya benda itu adalah jimat berupa kristal berkekuatan... Tak heran, untuk melepas sebuah benda yang telah dijadikan jimat, harus membunuh pemiliknya dulu kan?" ujar Iroha. "Begini-begini, aku adalah editor manga yang rata-rata bergenre misteri lho..."

"Bukan, kalau benda seperti kristal berkekuatan dijadikan jimat, yang dibunuh seharusnya bukan pemiliknya, tapi yang menjadikan kristal itu jimat. Artinya sekarang, pembunuh itu sedang mengarah ke kakeknya..."

"Menurutku, dia membunuh wanita itu karena wanita itu ingin melindungi kakeknya dan juga dia tidak ingin menyerahkan jimat itu. Itu kan berkekuatan?" jelas Yuka mendadak, mengingat bahwa memorinya/memori 'Yuka' mengenai pelajaran di kuil.

Yuka menambahkan lagi. "Tujuannya adalah membunuh sang kakek, pasti dia disuruh oleh seseorang. Wanita itu sebenarnya tidak diskenariokan untuk dibunuh, melewati dugaan pembunuh itu."

Kazuki mulai bisa mencerna objektifnya. "Maksudmu, kakeknya itu tahu bahwa kristal itu berbahaya, lalu menjimatkannya dan memberikannya kepada wanita yang merupakan cucunya itu, agar selamat?"

"Memang benar sih... Kalau dijimatkan artinya diberi segel, kalau orang yang menyuruh pembunuh itu ingin mendapat kristalnya, segelnya harus dilepas dulu. Cara mudahnya sih minta dilepas, tapi yang kasar dibunuh... Segel itu 'kan memakai kekuatan penyegelnya?"

"Oh, aku sedikit salah ya? Tapi kalau dipikirkan... Kemungkinan besar, hal-hal yang kalian bilang itu benar. Segel memang dibuat oleh kekuatan penyegelnya, kalau kakeknya mati, kekuatannya hilang..."

"Terkecuali, jika kristal itu sebenarnya hanya kristal biasa. Dan difusikan seluruh kekuatannya ke dalam kristal tersebut, sehingga segel itu akan berfungsi selamanya! Satu-satunya cara adalah, menghancurkan kristal itu..."

"Nah, itu bodohnya. Kemungkinan besar kristal itu berkekuatan karena kekuatan kakeknya sendiri. Kalau kakeknya dibunuh, itu sia-sia. Kalau misalnya kekuatan itu terus tersimpan di kristal itu, dan dijadikan jimat..."

"Artinya kakeknya tahu bahwa dia akan mati... Dan dia sengaja menjadikan itu jimat, tapi wanita itu mati tanpa dilindungi oleh kekuatan jimat, jadi sebenarnya..."

Tiga orang itu terkejut setelah mendiskusikan objektif pembunuhan itu (meski seharusnya detektif yang melakukan hal-hal seperti ini). "Kristal itu sengaja diberikan kepada wanita itu, agar kekuatan dalam kristal itu semakin kuat! Jimat berfungsi untuk menguatkan, lalu melindungi! Semakin banyak pemiliknya dihantam, semakin kuat jimatnya."

"Meski kakek itu mati, segel itu pasti tetap bisa lepas. Karena kalau jimat itu semakin kuat, kematian kakek itu tidak akan mempengaruhinya dan kekuatan dari kristal itu menjadi berlebih. Dan kekuatan itu bukannya membuat rencana mereka berhasil, tapi malah menjadi gagal karena ancamannya bereka bisa mati!"

Iroha juga sempat berpikir demikian. "Iya, benar. Kalau kakeknya mati, segelnya juga ikut melemah. Karena kekuatan dalam kristal itu berbeda dengan kekuatan segelnya, kalau bisa kita pikirkan. Sekarang, kita harus selidiki sidik jari wanita ini."

"Aku akan mencoba untuk mengeksplorasi pikirannya, dan untuk Nishihara, bisa kita gunakan untuk menjebak pembunuhnya."

Sakura yang tengah mendengarkan percakapan antara Yuka, Kazuki, serta Iroha "Kalian sepertinya memiliki daya pikir yang sangat hebat ya~" ucap Sakura tersenyum tanpa curiga, santainyakan diluar batas...

Meski ia sudah tahu ada pencopetan ia masih bersantai-santai menguping pembicaraan ketiga orang itu seraya meminum segelas kopi di tangannya "Ne~ Aku ikut menyelidiki ya~ Aku Nakatsuki Sakura, seorang detektif~" ucap Sakura memperkenalkan diri.

Yuka menatap Sakura. "Orang yang santai ya... Pendengaranmu bagus juga ya? Atau lebih tepatnya... Kemampuan observasimu?" ujar Yuka kalem.

Yuka berbalik ke arah Kazuki. "Ada baiknya kita segera pergi ke tempat forensikmu."

"Ya begitulah~" jawab Sakura lalu menyeruput kopinya "Boleh aku bertanya... ciri-ciri sang pencuri?" tanya Sakura, ia berniat mengejar sang pencuri "Sakura... kamu mau langsung pergi nih mengejar pencurinya?" tanya Sakurako dala kepala Sakura "Tentu saja..." batin Sakura.

"Maaf, Nona Detektif? Kami sendiri saja kurang tahu seperti apa pencurinya. Yang kami tahu tiba-tiba wanita itu sudah terbunuh begitu saja, makanya kami akan mengandalkan ahli Forensik..."

Kazuki tengah siap pergi. "Oh, lebih baik kita segera ke tempat Forensik..."

"Baiklah...maaf sudah merepotkan" seru Sakura dari kejauhan "Sakura kau mau kemana? Tidak ada petunjuk!" seru Sakurako "Arah paling sering para pencuri itu adalah arah lurus dari arah menyerang... jadi aku ke arah sini aja..." jawab Sakura mulai berlari.

"Tapi kan kamu tahu kejadiannya sudah berlangsung 15 menit yang lalu! Mana mungkin terkejar?!" balas Sakurako "Setiap pencuri akan pergi ke gedung-gedung kosong biasanya..." kata Sakura jitu, Sakurako terdiam hanya bisa percaya pada sang saudara kembar.

Yuka menunjuk monitor bergaris-garis hijau. Kazuki tengah menyelidki sidik jari itu, kemudian menunjuk lokasinya.

"Sebaiknya aku saja yang kesana." kata Yuka segera berangkat ke lokasi yang ada. Ternyata sebuah gedung kosong yang tidak jauh di tempat tadi...

Setelah berputar-putar melihat semua gedung kosong yang ada ia memutuskan memasuki gedung kosong yang berada tidak jauh dari lokasi pencurian "Disini pasti tempatnya... pencuri pasti mencari tempat terdekat untuk bersembunyi" batin Sakura.

Saat masuk ia menemukan segerombolan pencuri salah satunya memegang sebuah jimat "Halo~" ucap Sakura santai sekali, para pencuri menatapnya sinis "apa maumu?!" tanya salah satu dari mereka kasar.

"Mengambil barang curian kalian, jimat itu~" jawab Sakura menunjuk jimat yang dipegang bos mereka (menurut Sakura) "Kecil-kecil sudah berani..." ucap orang tadi menyerang Sakura dengan pisau, Sakura segera meraih pistolnya dengan cepat dan menembak pisau "Terlalu cepat 15 abad untuk melukai ku~" ujar Sakura, para pencuri langsung menyerang "Semoga yang lain datang... pada keroyokan nih!" batin Sakura membalas serangan.